Jumat, 27 April 2012

MAKALAH ZHIHAR



Disusun guna memenuhi tugas :
Mata kuliah   : Fiqh 3
Dosen pengampu   : Agus Khumaedy, M. Ag.

STAIN

Disusun Oleh :
Nurul Khikmah                          (2021 110 122)
Kelas   : C


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
            Dalam sebuah perkawinan sangatlah di idam-idamkannya cinta kasih yang menyelimutinya. Namun, perkawinan pun tak lepas akan kerikil-kerikil yang mengiringinya. Untuk itu sudah patutlah kita mengenal istilah “Kriteria Memilih Pasangan”, semua ini diharapkan agar rumah tangga yang dibangun selalu dalam keberkahan dan curahan cinta kasih.
            Selain kita mengenal “Talak” dalam hukum perkawinan, kita juga diharapkan dapat mengenal dan memahami “Zhihar”. Untuk itu, penulis akan berusaha menjelaskan secara rinci dan padat tentang apa itu zhihar? Karena hanya dengan kalimat zhihar ini  “Engkau bagiku adalah seperti punggung ibuku.” Status sang isteri sudahlah tidak halal bagi sang suami. Keharaman sang isteri dapat dihalakan kembali oleh sang suami dengan membayar kifarat.
           










BAB II
PEMBAHASAN

A.  Definisi Zhihar
Menurut bahasa Arab, kata zhihar terambil dari kata zhahrun yang bermakna punggung. Dalam kaitannya dengan hubungan suami isteri, zhihar adalah ucapan suami kepada isterinya yang berisi menyerupakan punggung isteri dengan punggung ibu suami, seperti ucapan suami kepada isterinya: “Engkau bagiku adalah seperti punggung ibuku.”[1]
Pada zaman Jahiliyah kalau ada seorang suami yang mengucapkan kalimat zhihar, maka demikian berarti wanita itu telah diceraikan. Namun, hal itu kemudian dibatalkan oleh Islam. Ia hanya menganggap zhihar itu menyebabkan seorang isteri menjadi haram disetubuhi oleh suaminya, sehingga suaminya itu menebus dosanya (membayar  kifarat).
Baik zhihar maupun talak sama-sama menghilangkan kehalalan seorang isteri bagi suaminya. Bedanya, zhihar itu tidak dianggap perceraian, dan oleh karenanya tidak dihitung salah satu bilangan yang melengkapi bilangan tertentu dalam soal talak. Zhihar hanya dianggap sumpah (yamin), yang menyebabkan isteri menjadi haram bagi suaminya, sehingga ia membayar kifarat atas sumpahnya itu.[2]

B.  Disyari’atkannya keharaman  Zhihar
Diantara tujuan disyari’atkannya kifarat adalah supaya pelaku zhihar tidak membiasakan perbuatan tersebuat. Tujuan semacam ini tidak akan terwujud, kecuali dengan mewajibkan sesuatu yang berat, baik dalam bentuk pengeluaran materi (berupa pembayaran denda) atau dalam bentuk rasa lapar dan haus.[3]
Ketetapan diharamkannya zhihar, terdapat dalam Al-Qur’an, As-Sunah dan Ijma’ Ulama:
1.    Al-Qur’an
Dalil yang melandasi zhihar adalah firman Allah QS. Al-Mujadalah: 1-4.
          Asal mula dijadikannya masalah zhihar sebagai salah satu bab dalam fiqh dikalangan kaum muslimim adalah apa yang tertera pada awal surat Al-Mujadalah. Sebab turunnya ayat ini ialah berhubungan dengan persoalan seorang wanita bernama Khaulah binti Tsa´labah yang telah dizhihar oleh suaminya Aus ibn Shamit, Yaitu dengan mengatakan kepada isterinya: kamu bagiku seperti punggung ibuku dengan maksud Dia tidak boleh lagi menggauli isterinya, sebagaimana ia tidak boleh menggauli ibunya. menurut adat Jahiliyah kalimat Zhihar seperti itu sudah sama dengan menthalak isteri. Maka Khaulah mengadukan hal itu kepada Rasulullah s.a.w. Rasulullah menjawab, bahwa dalam hal ini belum ada keputusan dari Allah. dan pada riwayat yang lain Rasulullah mengatakan: Engkau telah diharamkan bersetubuh dengan Dia. lalu Khaulah berkata: Suamiku belum menyebutkan kata-kata thalak kemudian Khaulah berulang kali mendesak Rasulullah supaya menetapkan suatu keputusan dalam hal ini, sehingga kemudian turunlah ayat ini:[4]
          ôs% yìÏJy ª!$# tAöqs% ÓÉL©9$# y7ä9Ï»pgéB Îû $ygÅ_÷ry þÅ5tGô±n@ur n<Î) «!$# ª!$#ur ßìyJó¡tƒ !$yJä.uãr$ptrB 4 ¨bÎ) ©!$# 7ìÏÿxœ ÅÁt/ ÇÊÈ   tûïÏ%©!$# tbrãÎg»sàムNä3ZÏB `ÏiB OÎgͬ!$|¡ÎpS $¨B  Æèd óOÎgÏF»yg¨Bé& ( ÷bÎ) óOßgçG»yg¨Bé& žwÎ) Ï«¯»©9$# óOßgtRôs9ur 4 öNåk¨XÎ)ur tbqä9qà)us9 #\x6YãB z`ÏiB ÉAöqs)ø9$# #Yrãur 4 žcÎ)ur ©!$# ;qàÿyès9 Öqàÿxî ÇËÈ   tûïÏ%©!$#ur tbrãÎg»sàム`ÏB öNÍkɲ!$|¡ÎpS §NèO tbrߊqãètƒ $yJÏ9 (#qä9$s% ㍃̍óstGsù 7pt7s%u `ÏiB È@ö6s% br& $¢!$yJtFtƒ 4 ö/ä3Ï9ºsŒ šcqÝàtãqè? ¾ÏmÎ/ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÌÈ   `yJsù óO©9 ôÅgs ãP$uÅÁsù Èûøïtöhx© Èû÷üyèÎ/$tGtFãB `ÏB È@ö6s% br& $¢!$yJtFtƒ ( `yJsù óO©9 ôìÏÜtGó¡o ãP$yèôÛÎ*sù tûüÏnGÅ $YZŠÅ3ó¡ÏB 4 y7Ï9ºsŒ (#qãZÏB÷sçGÏ9 «!$$Î/ ¾Ï&Î!qßuur 4 šù=Ï?ur ߊrßãn «!$# 3 z`ƒÌÏÿ»s3ù=Ï9ur ë>#xtã îLìÏ9r& ÇÍÈ