Kamis, 26 April 2012

Mahasiswa Raksasa Tidur?



Pandangan sebagai kaum yang mempunyai pengetahuan lebih, kaum yang sanggup menjadi sarana perubahan bangsa dan negara, kaum yang mampu mengkritisi para pemimpin. Beban inilah yang selalu membayangi seorang mahasiswa. Semua ini menjadi beban, karena mahasiswa masa kini telah tak mampu menjalankan sebagaimana mestinya perananya. Baik untuk diri sendiri maupun masyarakat.
Disaat mahasiswa di tuntut akan keintelektualannya, apa yang terjadi?. Mahasiswa tidak mampu menerapkan apa yang telah didapatnya. Percuma, banyak buku yang telah di telan, banyak bacaan yang ditransfer ke memorinya, dan ilmu-ilmu yang di perolehnya di bangku kuliah dan dimanapun diperoleh. Namun, mahasiswa tidak sanggup mengolahnya, tidak sanggup mengamalkannya, tidak sanggup memecahkan masalah sepele. Justru otot yang mereka andalkan. Mau jadi apa bangsa dan negara ini? Jika mengharapkan generasi yang hanya berotot namun  tak berisi.
Sebagai agen perubahan (agent of change) pun tak luput dari sosok seorang mahasiswa. Sungguh malu dan mirisnya, jika sebutan itu hanya menjadi wacana tanpa adanya suatu tindakan. Jika keintelektualan mahasiswa sudah tidak berfungsi lagi, apa gunanya agent of change? Hanya sebutan saja memang. Untuk itu, tidak salahnya jika kita para mahasiswa masa kini wajib berkiblat pada kiprah mahasiswa-mahasiswa terdahulu. Seberapa besarnya jasa dan perjuangan Bung Karno dan Bung Hatta, seberapa besarnya peran mahasiswa sanggup menumbangkan Orde Baru dan mebuka Masa Reformasi. Dan masih banyak mahasiswa-mahasuswa terdahulu yang mempunyai peranan penting bagi perkembangan Indonesia.
Tidak di pungkiri memang. Dengan sikap kekritisan mahasiswa, tak sedikit para pemimpin yang di nilai tidak mengayomi, dapat di tumbangkan. Namun, kekritisan itu dapat di pandang sebuah kebenaran, ketika sanggup memihak pada kebenaran, kemaslahatan bersama dan tanpa ke anarkisan. Namun apa? Kekritisan mahasiswa masa kini justru berupa ke anarkisan dan saling menyalahkan bahkan menyerang satu sama lain.
Tak henti- hentinya, banyak penilaian yang tertuju pada mahasiswa. Materialisme dan konsumerisme juga tak luput dari sosok mahasiswa, dimana pemakaian produk-produk luar negeri dan semua yang menjadi trend, mahasiswa bela-belakan untuk memenuhinya.
Kehidupan bermasyrakatpun sangat minim sekali tercermin, tak banyak mahasiswa yang sanggup mengabdikan diri dan bersosialisasi dengan masyarakat luas. Hanya masih segelintir orang yang  benar-benar layak di sebut sebagai Mahasiswa. Seharusnya kita tau, peran mahasiswa adalah sebagai agent of change, meneruskan tongkat estafet para pendahulu, sanggup menjadi kaum panutan, menjadi manusia yang kritis namun terarah, dan sanggup menjadi makhluk social seutuhnya.
Lalu, apakah semua ini sudah kita lakukan? Sudah adakah pada diri kita masing-masing yang mengaku sebagai seorang MAHASISWA ( siswa yang terbesar )? Jika semua itu belum ada, tidak salah memang. Jika Mahasiswa di ibaratkan sebagai Raksasa Tidur. Mengaku sebagai orang yang berkependidikan lebih. Namun, tak ada perubahan yang sanggup dicapai. Apalagi sesuatu yang sanggup menjadi sejarah dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Untuk menghilangkan ungkapan itu, bangunlah wahai Mahasiswa!!! dari tidur panjangmu. Perubahan menanti usahamu. Sejarah pun menanti aksimu. Marilah sahabat-sahabat semua, renungkanlah sejenak apa yang sudah kita kerjakan hingga detik ini sebagai Mahasiswa. Sebuah wacana tak ada  artinya ketika   tidak ada tindakan nyata.  Karena  Sebaik – baiknya manusia di dunia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lain”
Jangan biarkan Mahasiswa  menjadi agen penghancur jati diri bangsa.
Jaya Mahasiswa!!!. Hidup Agent of Change!!!.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar